Senin, 23 Maret 2009

pengaruh perbedaan jenis pakan terhadap pertumbuhan kerapu pasir

Respon Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Pasir

Parameter yang digunakan dalam mengevaluasi perbedaan pakan antara ikan rucah, pelet dan campuran (pelet+rucah) terhadap respon pertumbuhan juvenil kerapu pasir adalah mengamati bobot akhir (Wt), pertumbuhan atau Growth Rate (GR), rata-rata pertumbuhan spesifik atau Specific Growth Rate (SGR), dan sintasan atau Survival Rate (SR). Adapun rata-rata bobot akhir, rata-rata pertumbuhan, rata-rata pertumbuhan spesifik dan sintasan juvenil kerapu pasir dapat dilihat pada tabel 4.15 (48).


1. Pertumbuhan Harian ( Growth Rate )

Berdasarkan tabel (4.15)(48) hasil uji One Way Annova pada taraf 0,05 dan 0,01 ternyata pemanfaatan pakan campuran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan juvenil kerapu pasir yaitu pertumbuhan pada perlakuan C mengalami peningkatan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan A dan B ). Adapun rata-rata pertumbuhan juvenil kerapu pasir dari berbagai tingkat penggunaan pakan pelet, rucah dan campuran pada setiap pengamatan dapat disajikan pada tabel di bawah ini.


Tabel 4.20. Rata-rata Pertumbuhan (GR) Kerapu Pasir
Perlakuan
MINGGU
GR

0
1
2
3
4
5

A
1.57
2.12
2.82
2.94
3.20
3.46
1.89

B
1.84
2.15
2.99
3.55
3.36
4.29
2.45

C
1.82
2.56
3.44
4.10
4.36
5.91
4.09











Gambar 4.36. Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Juvenil Kerapu Pasir Antar Perlakuan

Berdasarkan gambar (4.36)(89) grafik menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik adalah perlakuan C dengan penggunaan pakan campuran dibanding dengan perlakuan yang menggunakan pelet dan rucah.


2. Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate)

Nilai laju pertumbuhan spesifik menunjukan besarnya peningkatan berat rata-rata individu menurut waktu. Pertumbuhan erat hubungannya dengan pakan terutama kualitas dan jumlah pakan karena pakan memberikan nutrisi dan energi bagi ikan kerapu. Adapun rata-rat SGR disajikan dalam grafik di bawah ini.


Tabel 4.21. Rata-rata Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate)
Perlakuan
Ulangan
Total
Rerata
Std

1
2
3

A
2,49
2,35
1,91
6,75
2,25
0,30

B
2,58
1,45
3,19
7,22
2,41
0,88

C
4,02
3,33
2,77
10,12
3,37
0,63















Gambar 4.37. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Juvenil Kerapu Pasir setiap Perlakuan


Berdasarkan grafik diatas, nampak bahwa laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah perlakuan C sebesar 3,37 %Bw/hari. Pada perlakuan B pertumbuhan ikan kerapu pasir menunjukan hasil berkisar 2,41%Bw/hari jika dibandingkan dengan perlakuan A yang hasilnya lebih rendah sebesar 2,25 %. Pada perlakuan C nilai SGR lebih tinggi disebabkan karena daya cerna protein dan sebagai ikan karnivora membutuhkan protein hewani yang cukup tinggi sehingga dapat dikatakan ransum pakan C sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan kerapu. Selanjutnya dilakukan dilakukan uju statistik dengan menggunakan Anova, sehingga diperoleh tabel sidik ragam seperti tabel di bawah ini.


Tabel 4.22. Sidik Ragam Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Sum of Square
df
Mean Square
F
Sig

Between Groups
2,221
2
1,10
2,637
,151

Within Groups
2,562
6
,421



Total
4,747
8






Dari tabel anova, SPSS memberi nilai statistik F= 2,637 dan P-value = 0,151. Karena P-value = 0,151 lebih besar dari α = 0,01 maka H0 : µ1 = µ2 = µ3 tidak dapat ditolak, sehingga dari ketiga perlakuan menghasilkan pertumbuhan spesifik yang sama.


3. Sintasan (Survival Rate)

Sintasan (Survival Rate) adalah persentase ikan yang hidup dalam satu periode waktu pemeliharaan. Berdasarkan Tabel diatas hasil uji one way ANOVA ternyata sintasan juvenil kerapu pasir memiliki nilai kisaran yang sempit antar perlakuan atau penggunaan pakan yang berbeda hasil tidak signifikan terhadap sintasan. Mortalias pada ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) selama pemeliharan tidak ada karena selain dari pengontrolan dan penanganan yang baik. Sehingga mortalitas adalah 0% dengan sintasan kelulusan hidup 100%.


Tabel 4.23. Rata-rata Survival Rate Setiap Perlakuan
Perlakuan
Ulangan
Total
Rerata
Std

1
2
3

A
100
100
100
300
100
0,00

B
100
100
100
300
100
0,00

C
100
100
100
300
100
0,00














Gambar 4.38. Diagram Survival Rate Setiap Perlakuan


Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sintasan setiap perlakuan mencapai nilai yang sama. Hal ini dikarenakan pemeliharaan yang oftimal dan kepadatan 25 ekor/250 liter, sehingga mencegah persaingan ruang gerak dan pakan yang diberikan. Kepadatan ini memenuhi syarat untuk pertumbuhan kerapu pasir, pendapat ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Apri Supi’i Oktober 2007. faktor lain yang mempengaruhi sintasan adalah kualitas air yang oftimal. Kisaran kualitas air selama pengamatan yang meliputi pH 7 – 8, DO 4,5 – 5,0 ppm dan suhu berkisar antara 29 – 310C.


Selanjutnya dilakukan dilakukan uji statistik dengan menggunakan Anova, sehingga diperoleh tabel sidik ragam seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.24. Sidik Ragam Sintasan (Survival Rate)

Sum of Square
df
Mean Square
F
Sig

Between Groups
,000
2
,000
,
,

Within Groups
,000
6
,000



Total
,000
8






Berdasarkan sidik ragam dapat diuraikan bahwa substitusi protein hewani dalam penggunaan pakan pelet, rucah dan campuran dengan konsentrasi 5% dari biomassa memberikan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini sangat segnifikan terhadap sintasan, dimana masing-masing perlakuan memiliki sintasan (SR) 100%.



4.3.4.2. Pemanfaatan Pakan oleh Juvenil Kerapu Pasir

Pakan sebagai sumber energi dan nutrisi harus dapat dimanfaatkan dengan optimal, agar kebutuhan energi dan nutrisi juvenil ikan kerapu pasir dapat diserap dengan baik. Agar dapat dimanfaatkan dengan optimal maka bahan pakan harus dapat dicerna dan diserap oleh tubuh ikan. Indikator lain adalah tingkat efisiensi pakan, rasio konversi pakan ( FCR ) dan laju konsumsi pakan. Rata-rata standar deviasi efisiensi pakan, rasio konversi pakan, dan laju pertumbuhan disajikan pada tabel (4.16)(48).


1. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Konversi pakan adalah suatu nilai efisiensi penggunaan pakan yang dihitung dengan perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan pertumbuhan berat tubuh selama waktu periode tertentu. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan pakan dalam satu periode pemeliharaan. Berdasarkan tabel (4.16)(48) hasil uji one way ANOVA ternyata penggunaan pakan campuran berpengaruh nyata terhadap rasio efisiensi pakan juvenil kerapu pasir ditunjukan dengan semakin meningkatnya nilai FCR.


Tabel 4.25. Rata-rata Rasio Konversi Pakan (FCR) setiap Perlakuan
Perlakuan
Ulangan
Total
Rerata
Std

1
2
3

A
1,47
1,57
1,89
4,93
1,64
0,22

B
1,56
1,10
1,27
3,93
1,31
0,23

C
1,04
1,15
1,52
3,71
1,24
0,25












Gambar 4.39. Grafik Rata-rata Rasio Konversi Pakan Juvenil Kerapu Pasir pada Berbagai Perlakuan

Berdasarkan gambar (4.39)(96) dapat diuraikan bahwa nilai rata-rata FCR pada perlakuan C (campuran 5%) mempunyai rasio konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 1,24. Rasio konversi pakan kerapu pasir pada perlakuan A (rucah 5 %) dan B (pelet 5%) memiliki nilai sebesar 1,64 dan 1,31. Dengan demikian dapat diuraikan bahwa pada perlakuan dengan penggunaan pakan campuran, untuk menghasilkan 1 gram daging maka dibutuhkan 1,24 g pakan dalam satu periode. Pada perlakuan A dan B, untuk menghasilkan 1 gram daging maka dibutuhkan 1,64 gram dan 1,31 gram pakan dalam satu periode. Semakin rendah nilai FCR maka semakin efisien juga pakan yang diberikan pada ikan. Adanya perbedaan nilai FCR antar perlakuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas dan kuantitas pakan. Selain itu, disebabkan oleh tingginya nutrien yang tidak termanfaatkan secara oftimal oleh tubuh ikan. Berdasarkan aspek nutrisi dan kimiawi, pakan ikan harus mempunyai kandungan nutrien yang lengkap, komposis seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan yang diberikan harus mendapat respon yang baik dari ikan. Akan tetapi yang harus diperhatikan dari pakan itu sendiri meliputi ukuran, warna, aroma, tekstur, daya apung dan daya tahan pakan.

Selanjutnya dilakukan dilakukan uju statistik dengan menggunakan Anova, sehingga diperoleh tabel sidik ragam seperti tabel di bawah ini.


Tabel 4.26. Sidik Ragam Rasio Konversi Pakan (FCR)

Sum of Square
df
Mean Square
F
Sig

Between Groups
,282
2
1,41
2,555
,157

Within Groups
,331
6
0,55



Total
,613
8






Dari tabel anova, SPSS memberi nilai statistik F= 2,555 dan P-value = 0,157. Karena P-value = 0,157 lebih besar dari α = 0,01 maka H0 : µ1 = µ2 = µ3 tidak dapat ditolak, sehingga dari ketiga perlakuan nilai konversi pakan sama.


2. Efisiensi Pakan

Berdasarkan tabel (4.16)(48) hasil uji one way ANOVA ternyata perlakuan berpengaruh nyata terhadap rasio efisiensi pakan juvenil kerapu pasir.. Setelah dilakukan uji BNT terlihat bahwa semua perlakuan (A, B dan C) mempunyai nilai efisiensi pakan yang berbeda. Adapun rata-rata efisiensi pakan kerapu pasir pada berbagai perlakuan disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.27. Rata-rata Efisiensi Pakan setiap Perlakuan
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata

1
2
3

A
57.81
52.91
43.26
153.98
51.33

B
59.09
33.58
76.08
168.75
56.25

C
97.92
77.11
61.70
236.73
78.91




.









Gambar 4.40. Grafik Rata-rata Efisiensi Pakan Juvenil Kerapu Pasir setiap Perlakuan


Berdasarkan grafik diatas, nampak bahwa efisiensi tertinggi ada pada perlakuan C (dengan pakan campur) yaitu sebesar 78,91%. Pada perlakuan B (penggunaan pakan rucah 5 %) memiliki nilai efisiensi sebesar 56,25 % atau lebih rendah 22,6 % dibanding perlakuan C dan lebih tinggi 4,29% dari perlakuan A dengan menggunakan pakan pelet. Pada perlakuan A memiliki nilai efisiensi pakan paling rendah dari perlakuan A dan B yaitu sebesar 51,33 %.


Penyebab lain menurunnya pertumbuhan pada perlakuan A dikarenakan penurunan laju konsumsi pakan dimana semakin tingginya penggunaan protein sel tunggal dalam ransum pakan yang akan menurunkan penggunaan tepung ikan, sehingga secara kualitatif menurunkan atraktan pakan (aroma pakan) yang pada akhirnya akan menurunkan laju konsumsi pakan dari ikan. Menurut Akbar (2000), menyatakan bahwa salah satu fungsi tepung ikan, selain sebagai sumber protein dan omega 3, juga dapat meningkatkan aktaktan pakan, khususnya untuk ikan-ikan karnivora. Menurunnya laju konsumsi pakan ini akan mengurangi pasokan energi untuk aktifitas metabolisme dan pertumbuhan. Selanjutnya dilakukan dilakukan uju statistik dengan menggunakan Anova, sehingga diperoleh tabel sidik ragam seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.28. Sidik Ragam Efisiensi Pakan



Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.

Between Groups
1298,555
2
649,278
2,311
,180

Within Groups
1685,639
6
280,940



Total
2984,194
8






Dari tabel anova, SPSS memberi nilai statistik F= 2,311 dan P-value = 0,180. Karena P-value = 0,180 lebih besar dari α = 0,01 maka H0 : µ1 = µ2 = µ3 tidak dapat ditolak, sehingga dari ketiga perlakuan nilai efisiensi pakan sama.


3. Laju Konsumsi Pakan

Berdasarkan tabel (4.16)(48) hasil uji one way ANOVA ternyata perlakuan berpengaruh nyata terhadap laju konsumsi pakan juvenil kerapu pasir.. Setelah dilakukan uji BNT terlihat bahwa semua perlakuan (A, B dan C) mempunyai nilai efisiensi pakan yang berbeda. Adapun rata-rata efisiensi pakan kerapu pasir pada berbagai perlakuan disajikan dalam tabel di bawah ini.


Tabel 4.29. Rata-rata Laju Konsumsi Pakan setiap Perlakuan
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
Std

1
2
3

A
0.12
0.12
0.11
0.35
0.12
0.01

B
0.13
0.12
0.14
0.39
0.13
0.01

C
0.15
0.17
0.15
0.47
0.16
0.01
































Gambar 4.41. Diagram Rata-rata Laju Konsumsi Pakan setiap Perlakuan


Berdasarkan gambar di atas grafik tersebut dapat diuraikan bahwa laju konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan C (dengan pakan campuran) yaitu sebesar 0,16 gr/ekor/hari. Pada perlakuan B (penggunaan pakan rucah 5 %) memiliki nilai laju konsumsi pakan sebesar 0,13 gr/ekor/hari atau lebih tinggi 0,1 gr/ekor/hari dibanding perlakuan A dengan menggunakan pakan pelet sebesar 0,12 gr/ekor/hari.


Laju konsumsi pakan setiap perlakuan ternyata sangat berbeda terutama pada perlakuan C dengan menggunakan pakan campuran. Laju konsumsi pakan akan keningkat tergantung pada jenis pakan yang diberikan, waktu pemberian pakan, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap laju konsumsi pakan. Selanjutnya dilakukan dilakukan uju statistik dengan menggunakan Anova, sehingga diperoleh tabel sidik ragam seperti tabel di bawah ini.


Tabel 4.30. Sidik Ragam Laju Konsumsi Pakan



Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.

Between Groups
1298,555
2
649,278
2,311
,180

Within Groups
1685,639
6
280,940



Total
2984,194
8







Dari tabel anova, SPSS memberi nilai statistik F= 2,311 dan P-value = 0,180. Karena P-value = 0,180 lebih besar dari α = 0,01 maka H0 : µ1 = µ2 = µ3 tidak dapat ditolak, sehingga laju konsumsi pakan dari ketiga perlakuan sama.


4.3.4.3. Kualitas Air

Kualitas air merupakan parameter penunjang dalam penelitian ini. Air sebagai media pemeliharaan ikan kerapu bebek merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan pemeliharaan ikan kerapu pasir ini. Adapun variabel yang diukur pada parameter kualitas air ini adalah DO, pH, suhu, salinitas dan amoniak. Pengukuran suhu (oC), (DO) mg/l, salinitas (ppm), dan pH dilakukan setiap minggu sedangkan amoniak (NH3) ppm dilakukan pengukuran setiap dua minggu sekali.


Tabel 4.31. Rata-rata Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Kerapu Pasir
Perlakuan
DO (mg/l)
pH
Suhu (oC)
Salinitas (ppm)
Amoniak (ppm)

A
4,97
8,01
30,01
35,00
0,05

B
4,93
8,01
29,90
34,67
0,04

C
5,00
8,00
30,02
34,67
0,06



Kisaran kualitas air selama pemeliharaan ikan kerapu pasir dapat ditoleransi. Sistem air mengalir diterapkan pada waktu pemeliharaan dengan debit air 200 ml/detik, penggantian air dan penyiponan sisa feses serta pakan setiap hari. Kualitas air media pemelihara sangat berperan dalam menunjang keberhasilan produksi kerapu. Kualitas air yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan ikan kerapu meliputi suhu air, oksigen terlarut, kadar garam, pH air, amonia, dan nitrit. Suhu air media pemeliharaan akan mempengaruhi suhu tubuh ikan, selanjutnya akan mempengaruhi laju metabolisme dan laju pertumbuhan. Jika suhu meningkat maka kebutuhan makanan untuk pemeliharaan tubuh meningkat sehingga ikan lebih aktif mendapatkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut Tridjoko et al (1998), suhu optimum untuk pemeliharaan larva ikan kerapu tikus (Cromileptes Altivelis) antara 27 - 30.5 oC.


Oksigen terlarut merupakan suatu parameter pembatas utama (Danakusumah, 1999). Pengaruh oksigen terlarut sangat jelas terlihat pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Kawahara et al (2000), menyatakan bahwa oksigen terlarut yang ideal dalam akuakultur adalah 4 - 8 mg/L. dan kandungan oksigen dalam air antara 4 - 12 ppm dapat memberikan kondisi yang nyaman untuk pertumbuhan ikan kerapu.

Derajat keasaman (pH) merupakan ekspresi dari konsentrasi ion H+. Nilai pH bergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor fisik (kekeruhan), kimia (kadar CO2 salinitas), dan biologis (perombakan bahan organik dan densitas organisme). Kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan larva ikan kerapu antara 7.5 - 8.4.


Kesesuaian salinitas sangat berperan dalam prose osmoregulasi tubuh, kondisi terbaik untuk pertumbuhan ikan adalah pada saat lingkungan air isotonis dengan tubuh ikan. Hal ini sangat menguntungkan karena energi yang digunakan untuk osmoregulasi minimal sehingga sebagian besar energi dapat dipakai untk proses pertumbuhan. Tridjoko et al (1998), menyatakan bahwa salinitas yang optimal untuk pertumbuhan larva ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) antara 31 oc - 33 oC.


Kandungan amonia dalam air merupakan faktor pembatas dalam budidaya ikan. Amonia dalan air berasal dari sisa metabolisme ikan, hasil dekomposisi feses dan sisa pakan. Dengan demikian kandungan amonia didalam media budidaya ikan tergantung pada kepadatan dan kuantitas serta kualitas pakan yang diberikan. Toksisitas amonia bergantung kepada pH air, suhu, dan CO2 bebas. Boyd (1982), mengemukakan bahwa amonia dapat meningkatkan penggunaan oksigen pada jaringan, merusak insang, dan menurunkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen. Amonia sangat beracun pada suasana basa daripada suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan oleh Wardoyo (1978), dimana disarankan agar dalam wadah budidaya kandungan amonia kurang dari 1 ppm. Sedangkan kandungan nitrit untuk pemeliharaan larva ikan kerapu kurang dari 0.5 ppm.

0 komentar:

Posting Komentar